The Wanderer

Sep 18, 2018

A Walk to Remember, Lombok Post Earthquake, Aug 2018

It was a nice Saturday morning when I finally landed in Lombok. The weather was nice, so was my feeling. I felt good, enthusiastic, and happy :) It was one week after big earthquake destroyed Lombok. It was my first trip to Lombok and also my first experience becoming a volunteer.


Lombok Praya International Airpot


Tiba di Lombok, aku dijemput oleh seorang teman yang akan mengantarkanku ke lokasi tempat aku akan bertugas selama satu minggu sebagai relawan, tepatnya di desa Sokong, kecamatan Tanjung, kabupaten Lombok Utara. Beruntung sekali aku memiliki seorang teman di Lombok yang bisa mengantarkanku ke lokasi karena kondisi pada saat itu sangat susah untuk mendapatkan akses ke Lombok Utara. Banyak kendaraan yang di charter untuk mendistribusikan logistik ke camp” pengungsian. Kebanyakan orang juga lebih memilih untuk berkumpul bersama keluarga, so ngga ada driver. 

Perjalanan dari airport ke Sokong kami tempuh selama kurang lebih 2 jam perjalanan. Memasuki kabupaten Lombok Utara, hampir tidak ada rumah yang berdiri dengan utuh, semuanya hancur rata dengan tanah. It broke my heart into pieces realising  that many people have lost their home, their job, and some might have lost their family :( It was the reason why I decided to go to Lombok. I wanna help people and cheer them up. I do not have rescue, first aid, or medic skill. But I want to be there. 

I joined Endri’s Foundation project in North Lombok. Yayasan Endri merupakan sebuah yayasan yang didirikan oleh mas Endri Susanto pada tahun 2014 dan sudah memiliki perijinan dari dinas sosial. Berawal dari kepedulian mas Endri terhadap banyaknya anak” dan warga kurang mampu di Lombok yang menderita berbagai macam penyakit seperti kanker, tumor, down syndrom, bibir sumbing, polio, dan banyak penyakit lainnya, maka terbentuklah Yayasan Endri yang bertujuan untuk  membantu warga kurang mampu yang sakit, difabel, dan terlantar. Dengan motto “good things happen to good people”, Yayasan Endri memiliki banyak kegiatan sosial, diantaranya adalah:
• Membagikan sembako ke warga kurang mampu
• Mengadakan oprasi bibir sumbing secara berkala untuk warga kurang mampu
• Membagikan kursi roda untuk anak” difabel
• Mengadakan program bedah rumah bagi warga yang benar” miskin
Bahkan Yayasan Endri juga telah membangun sebuah sekolah dan perpustakaan rakyat di kecamatan Tanjung kabupaten Lombok Utara. Untuk mengetahui profil dan kegiatan Yayasan Endri selengkapnya, silakan klik link berikut: https://endrifoundation.or.id/


Endri Susanto, Founder Yayasan Endri

ki-ka: Mermaid, Mas Adam (penanggung jawab Posko Sokong Yayasan Endri), Ayin


Yayasan Endri mendirikan posko peduli gempa untuk menyalurkan logistik dan donasi dari para donatur kepada mereka yang membutuhkan. Mereka mencukupi kebutuhan masyarakat di sekitar posko serta mendistribusikan bantuan ke pelosok” yang belum tersentuh oleh bantuan sama sekali. Ketika saya tiba di Lombok, memang masih banyak pelosok” yang belum menerima bantuan. Donasi belum tersalurkan secara merata. Hampir di semua lokasi di Lombok Utara, listrik dan air masih mati, termasuk di posko kami. Kami hanya dapat menikmati listrik di malam hari dengan menggunakan genset. Kami juga harus menghemat penggunaan air karena keterbatasan air bersih. Memang ada bantuan penyaluran air bersih dari pemerintah, tetapi tidak tentu datangnya. Selama seminggu saya tinggal di posko, kami hanya menerima pasokan air bersih satu kali. Tentu saja itu tidak cukup karena air bersih merupakan kebutuhan pokok yang seharusnya selalu ada. Kami membutuhkan air bersih untuk masak, mencuci, dan mandi. Beruntung sekali ketika kami bisa mendapat pinjaman double cabin car sehingga kami bisa membawa tanki air dan mengisi pasokan air bersih di mata air terdekat. Ketika saya tiba di Lombok, aktifitas belum kembali normal. Pasar masuh banyak yang tutup sehingga agak sulit untuk mendapatkan makanan segar seperti sayuran, lauk pauk, dan buah”an. Indomie saja yang banyak tersedia. Tapi tentunya saat ini kondisi sudah menjadi jauh lebih baik. PLN sudah mulai memperbaiki jaringan listrik yang mati dan aktifitas di pasar sudah mulai normal kembali sehingga masyarakat sudah bisa mendapatkan makanan segar.


Hari Pertama, Sabtu 11 Aug 2018

Tiba di posko sore hari, bertemu dengan para donatur yang sedang mengantarkan donasi langsung ke lokasi. Senang sekali mengetahui banyak yang peduli dengan kesusahan yang sedang dialami oleh saudara” kita di Lombok. Di posko, tidak ada perbedaan status, semua membaur menjadi satu, saling membantu dan memberi semangat. Kebersamaan yang indah :) Sore itu kami bersama” menyantap lezatnya nasi Puyung, hidangan khas Lombok Tengah. Kalau di Jawa nasi Puyung mirip dengan nasi Krawu, hanya bedanya nasi Puyung  menggunakan ayam bukan daging. Hidangan nasi dengan lauk ayam suwir pedas dan ayam suwir crispy, so delicious.. apalagi saya belum makan seharian karena tidak menemukan warung yang buka dalam perjalanan menuju ke Lombok Utara :D


Stock Air Bersih di Posko Sokong


Klinik Darurat Posko Sokong


Camp Relawan Posko Sokong


Dapur Umum Posko Sokong


Malam harinya, bersama salah satu team dari Yayasan Endri, kami menuju ke desa Kakong untuk mengantarkan bantuan berupa terpal karena terpal yang mereka gunakan saat ini bocor, sehingga mereka membutuhkan terpal yang baru. Kami biasa mengantarkan bantuan di malam hari supaya bantuan tersebut tersalurkan tepat kepada yang membutuhkan, kebanyakan kami saulurkan ke pelosok” yang memang masih minim sekali menerima bantuan. Perjalanan ke desa Kakong kami tempuh selama kurang lebih satu jam perjalanan. Desa Kakong terletak di wilayah perbukitan. Kami harus melalui jalan sempit berliku tanpa penerangan jalan untuk menuju ke sana. Terdapat beberapa aspal yang retak akibat gempa, di berbagai ruas jalan bahkan retakannya sampai melubangi separuh badan jalan.


Kunjungan ke Desa Kakong Bersama Team dari Yayasan Endri


Desa Kakong pastilah sangat indah di siang hari. Pemandangan yang indah, udara yang sejuk, bahkan kita bisa menemukan mata air yang memukau di sini. I found a bounch of beauty in Lombok, Lombok indah, membuatku ingin kembali dan mengeksplore lebih banyak lagi. Tapi tentunya saat ini kondisi masih belum kondusif. Cukup berbahaya berkeliaran tanpa tujuan yang jelas apalagi seorang diri karena warga masih mengalami trauma mendalam akibat gempa dan kejadian” yang mengikuti setelahnya. Banyak warga kehilangan harta benda karena dijarah oleh oknum” yang tidak bertanggung jawab. Sungguh tega mereka melakukan hal itu di saat warga sedang kesusahan.

Malam ini kami tidur di luar karena tenda untuk relawan belum terpasang. Kebetulan ada gazebo di posko yang bisa kami gunakan untuk beristirahat. Dinginnya Lombok di malam hari, beruntung kami memiliki selimut untuk menghangatkan diri sehingga bisa tidur dengan nyenyak. Ah.. kasihan saudara”ku di Lombok yang setiap malam kedinginan dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Untungnya bantuan berupa terpal, tikar, dan selimut sudah mulai banyak berdatangan, semoga penyebarannya bisa merata. Terpal menjadi salah satu kebutuhan pokok yang paling dicari di Lombok. Bahkan warga yang rumahnya masih berdiri dengan utuhpun tidak berani tidur di dalam rumah apalagi masih banyak gempa susulan. Ya Allah, beri kekuatan dan kesabaran untuk saudara”ku di Lombok sehingga mereka bisa bangkit lagi mulai membangun kembali Lombok menjadi tempat yang nyaman untuk mereka tinggali.


Hari Kedua, Minggu 12 Aug 2018

Selamat pagi Lombok, semoga harimu kembali ceria :)

Hari pertama di camp pengungsian. Bangun pagi, kemudian jalan” memgeksplore desa Sokong. Hampir semua rumah hancur, rata dengan tanah, bahkan rumah yang masih berdiripun rata” sudah retak dan rusak parah, sudah tidak layak untuk ditempati lagi karena cukup beebahaya, sewaktu” temboknya bisa runtuh. Beberapa bangunan fasilitas umumpun hancur berantakan, fasilitas pendidikan dan kesehatan sudah tidak bisa digunakan lagi.


Fasilitas Umum yang Rusak Pasca Gempa

Rumah Penduduk Hancur Pasca Gempa

Kami mandi di toilet darurat semi terbuka. Awalnya bingung gimana caranya mandi karena tidak terbiasa mandi di tempat terbuka tapi lama” jadi terbiasa juga. Kehidupan di camp pengungsian memang serba terbatas. Yah disyukuri saja, beruntung kami masih memiliki toilet darurat.

Pagi ini kami mendapat tamu relawan dari Medana, sebuah desa di kecamatan Tanjung. Namanya mbak Meta, wanita cantik, ceria, dan tangguh ini telah lama aktif di kegiatan” sosial. Pagi inipun mbak Meta mengunjungi camp kami untuk membantu kami di dapur umum, bertukar cerita, dan saling menguatkan. Seperti kebanyakan warga di Tanjung, rumahnya rata dengan tanah, bisnisnya hancur, bahkan harus tinggal di pengungsian. Tetapi mbak Meta tetap semangat bahkan mulai bangkit untuk ikut membantu warga. Berkeliling dan memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan merupakan salah satu bentuk healing bagi mbak Meta. Ahh.. terharu jadinya saya, di tengah” cobaan yang sedang mereka hadapi, mereka masih memiliki semangat untuk saling membantu. Mereka ini orang” hebat. This is definitely a lesson to be learned. Bercermin pada diri sendiri, aku jadi malu karena sering  mengeluh dan marah ketika diberi cobaan yang tidak seberapa. Setidaknya aku masih memiliki rumah yang layak untuk dihuni, pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan sehari”, keluarga dan teman” yang sangat peduli dan selalu siap memberikan support. Bahkan aku masih bisa melakukan hal” yang aku sukai. Betapa beruntungnya saya jika dibandingkan dengan mereka. Sungguh sangat tidak pantas bagiku untuk mengeluhkan hal” kecil.



ki-ks: Mermaid, Mbak Meta, Bang Romi (Perawat di Posko Sokong)


Kegiatan sehari” di posko kami adalah pendistribusian donasi kepada mereka yang membutuhkan. Donasi kami terima baik dari kantor pusat yayasan yang terlatak di Mataram maupun dari donatur yang datang langsung ke lokasi untuk mengantarkan donasinya. Donatur bukan hanya dari WNI saja, bahkan banyak sekali WNA yang datang ke lokasi untuk memberikan bantuannya. Sebagian dari mereka bahkan ada yang jauh” datang dari Bali hanya untuk memberikan donasi. Bantuan tersebut kami bagikan ke warga setempat dan kami distribusikan juga ke pelosok” yang masih minim menerima bantuan. Pendistribusian donasi telah dipetakan agar penyebarannya merata. Ternyata masih banyak desa di pelosok yang belum mendapat bantuan secara maksimal bahkan belum tersentuh bantun sama sekali. Memang ada bantuan dari pemerintah, akan tetapi birokrasinya sangat panjang. Kadang mereka datang pagi, sore pulang tidak membawa apa”, sehingga keesokan harinya harus datang untuk mengantri lagi. Sore itu kami mendapat kunjungan dari Kades Leong Timur dan mendengarkan kesaksian beliau tentang susahnya mendapat bantuan dari pemerintah. Tetapi mudah”an birokrasi dan penyaluran bantuan dari pemerintah bisa lebih fleksible sekarang, apalagi Pak Jokowi telah melakukan 2x kunjungan ke Lombok sehingga mengetahui bagaimana kondisi di Lombok.


Kegiatan Sehari" di Posko

Peta Pendistribusian Logistik di Lombok Utara

Sore ini kami mendapat kiriman air bersih dari pemerintah daerah dan petugas pemadam kebakaran, alhamdulillah :)


Pendistribusian Air Bersih



Hari Ketiga, Senin 13 Aug 2018

Ohayo gozaimasu 🌞

This morning, as usual, I am having a morning walk. Kali ini aku berjalan jauh ke selatan. Semakin masuk ke pelosok, semakin banyak ditemui rumah" penduduk yang hancur rata dengan tanah.Sejauh mata memandang sudah tidak ada lagi rumah yang berdiri dengan utuh dan kokoh. Berjalan semakin ke salatan, saya menemukan sebuah bukit yang indah di antara pemukiman penduduk.


Lapangan Tanjung

Bukit Tanjung

Pagi ini, untuk menghemat stock air bersih di posko, kami mandi dan mencuci baju di sungai. Dalam perjalanan menuju ke sungai, kami sempatkan diri mampir ke camp tetangga untuk melayat. Salah seorang pengungsi baru saja meninggal di pengungsian, seorang Bapak yang meinggal terkena reruntuhan rumahnya ketika kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil barang yang tertinggal di dalam rumah. Innalilahi wa innailaihi rojiun, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah.


Warga Mencuci Baju di Sungai Untuk Menghemat Pasokan Air Bersih



Karena keterbatasan stock air bersih, warga terpaksa mandi dan mencuci baju di sungai. Jangan dibayangkan sungai yang kotor dan penuh sampah seperti di Jawa ya. Walaupun airnya tidak jernih karena kedalaman yang dangkal, tetapi sungainya bersih dan airnya segar. Puas rasanya main air di sungai, this is my first experience, agak aneh sih awalnya, tapi ternyata enak juga, segar, ya anggap sajalah sedang berenang di kolam renang :D


Hari Keempat, Selasa 14 Aug 2018

Guten Morgen

Pagi ini kami berbelanja di pasar. Aktifitas di pasar sudah mulai normal kembali. Para pedagang menjajakan dagangannya di depan bangunan pasar. Alhamdulillah, makanan segar sudah bisa didapatkan. Kami membeli ikan nila segar untuk dimasak kuah pedas. Harga bahan makanan di pasar normal, tidak ada pedegang yang memanfaatkan kondisi untuk berjualan dengan harga mahal.


Kondisi Pasar Pasca Gempa


Hari ini mbak Meta datang lagi ke posko, tapi tidak sendirian. Mbak Meta mengajak seorang teman, mbak Jus namanya. Mereka berdua membuatkan bubur kacang hijau untuk para relawan supaya tetap strong ketika sedang mejalankan tugas. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol sambil melayani warga yang datang ke posko untuk meminta donasi barang" kebutuhan sehari".


With Mbak Jus

Stock air bersih di posko semakin menipis, terpaksa kami tidak mandi pagi ini. Pasokan air bersih belum datang lagi dan entah kapan mereka akan datang ke posko kami. Beruntung sekali siang itu kami mendapat kunjungan dari Bibi yang merupakan kerabat dari penanggung jawab posko, mas Adam. Rumah bibi terletak +/- 1-2 km dari posko. Rumahnya hancur, tetapi pasokan air bersih banyak dan lancar. Listrikpun sudah menyala. Sehari" Bibi sekeluarga tinggal di gazebo yang terletak di depan rumah mereka yang telah hancur. Mereka bercengkrama, makan, dan tidur di situ. Kamar mandi masih bisa digunakan, air bersih dan segar melimpah, tetapi temboknya sudah hancur :D Kebayang ngga mandi di tempat terbuka? Sudah berusaha ditutup dengan handuk dan baju pun masih ada bagian yang masih terbuka :D Bibi mengajakku mengunjungi tempat tinggalnya dan menawari aku mandi di rumahnya, aahhh.. segarnyaaa, akhirnya bisa mandi dan keramas :D Lombok Utara panas sekali di siang hari, gerah rasanya kalau tidak mandi.


PLN mulai memperbaiki jaringan listrik yang mati


Kembali ke posko, sedang ada kegiatan konsultasi dengan team medis. Para relawan medis memberikan layanan kesehatan kepada para pengungsi. Terharu, banyak yang peduli dengan kondisi Lombok dan memberikan bantuan baik secara materi maupun moral sesuai dengan kapasitasnya masing".


Layanan Kesehatan oleh Team Medis



Hari Kelima, Rabu 15 Aug 18

Bonjour!!

Hari ini kami merapikan dapur umum supaya terlihat lebih cantik :) Kebetulan kami baru menerima donasi berupa mangkok" dan ember" kecil warna-warni. Hari ini lagi" kami tidak bisa mandi di posko karena stock air bersih makin menipis. Jika ingin menumpang mandi, saya harus berjalan ke rumah Bibi atau ke bukit tempat saya berjalan" pagi di hari Senin kemarin. Di atas bukit, air bersih melimpah. Salah seorang teman yang tinggal di bukit menawari saya untuk mandi di rumahnya. Untuk mandi saja aku harus berjalan +/- 2-3 km jauhnya, hehe.. berungtung ya kita ketika ingin mandi tinggal melangkah beberapa meter ke kamar mandi saja.


Dapur Umum Posko Sokong

Aku tidak bisa meninggalkan posko siang ini karena teman" yang lain sedang ada urusan di luar posko. Untunglah mbak Meta datang lagi, sehingga aku jadi ada teman untuk mengobrol di posko. Sebenarnya siang ini, aku berencana untuk mengirim donasi ke timur beseta salah seorang teman dari yayasan Endri, tetapi dia sedang tidak enak badan. Siang harinya, mbak Meta mengajakku untuk mengunjungi rumah salah seorang teman di daerah Pemenang dan mengunjungi rumahnya. Kebetulan mbak Meta sudah ada janji dengan temannya di Pemenang, mbak Jane untuk mengantar air bersih dan mengambil terpal yang akan diberikan ke teman" yang membutuhkan.

Mbak Jane tinggal di perbukitan, halaman rumahnya luas dan dipenuhi dengan pohon" tinggi, adem, ayem rasanya. Rumahnya masih berdiri dengan kokoh. Rumah mbak Jane memiliki pondasi dari bebatuan dan berbentuk seperti rumah joglo. Kita harus naik dengan tangga untuk masuk ke dalam rumah. Rumahnya dibangun dengan konsep semi terbuka. Di ujung tangga, kita akan mendapati ruang utama yang terbuka yang berisikan ruang duduk, pantry, dan ruang makan. Di ujung ruangan ada Jacuzzi terbuka yang biasa digunakan untuk bersantai menikmati sunset. Walaupin sebagian besar bagian rumah terbuat dari kayu, kamar mandi dibangun dengan dinding batu bata yang sudah mulai retak akibat gempa. Kamar terletak di ujung lain bagian rumah. Dibangun dengan dinding kayu, bangunan tersebut masih kokoh. kamar tamu yang terletak di atas juga dibangun dengan dinding kayu dan masih berdiri dengan kokoh. Sepertinya rumah dengan dinding kayu cukup kuat juga dibandingkan rumah dengan dinding batu bata. Rumah" kayu masih berdiri dengan kokoh. Bukan hanya rumah mbak Jane saja, penginapan di tepi pantai Medana yang terbuat dari kayu juga masih berdiri dengan kokoh.

Mbak Jane mempersilakan warga yang tinggal di sekitar rumahnya untuk membangun tenda di tanahnya dan sekaligus mengkoordinir kebutuhan di camp, mulai dari kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, dan kebutuhan sehari" sampai membangun system sanitasi di pengungsian, mendatangkan team medis dari luar untuk memeriksa kondisi kesehatan para pengungsi, bekerja sama dengan para relawan dari luar untuk mengadakan trauma healing class, dan berbagai kegiatan penunjang lain. Super sekali ya mbak Jane ini, bukan hanya memberi tempat, tetapi juga mengkoordinir kebutuhan mereka sehingga camp pengungsian di tempat mbak Jane tertata dengan rapi. Dari tempat mbak Jane kami menuju ke camp di daerah Menggala untuk sedikit membantu di sana.


Trauma Healing Class

Naskun Lombok


Hari Keenam, Kamis 16 Aug 18


Another day in paradise.

Pagi hari menikmati keindahan pantai di Medana. Walaupun telah digoncang oleh gempa berulang kali, Lombok tetap indah. I found bunch of beauty in Lombok.


Pantai Medana

Morning Coffee

ki-ka: Mermaid, Bunda Meta, Mbak Jus, Oma

Hari ini adalah hari terakhirku di posko karena keesokan harinya aku akan dijemput kembali ke Mataram. Setelah menyelesaokan tugas di posko, akupun menyempatkan diri berjalan kaki ke bukit untuk berpamitan dengan bibi dan teman" di bukit. Ahh.. sedih sekali rasanya mengingat sebentar lagi akan segera meninggalkan Lombok Utara. teman" di sini sudah seperti keluarga. Kami telah berbagi cerita, suka dan duka, saling memberi support dan membantu. Banyak cerita dan pengalaman berharga. Aku punya keluarga baru di Lombok sekarang :) Semoga mereka selalu dalam keadaan sehat dan semnagat untuk membangun Lombok kembali.


Hari Ketujuh, Jumat 17 Aug 18

Today is Indonesian Independence Day. Akan tetapi kemeriahan hari kemerdekaan tidak terlalu terasa di pengungsian. Hari ini berjalan seperti hari" biasa, tidak ada bendera, tidak ada upacara, tidak ada perayaan.

Kami berbelanja di pasar hari ini. Kondisi di pasar sudah jauh lebih baik, semakin banyak pedagang yang mulai berjualan, dagangan di pasarpun sudah semakin beragam. Jaringan listrik di posko kamipun sudah diperbaiki sehingga kami tidak perlu menggunakan genset lagi di malam hari. Tinggal air bersih saja ini yang belum bisa kami dapatkan di posko.

Ahh.. lagi" harus berpamitan dengan teman" di posko, I hate farewell. Sedih rasanya meninggalkan posko. Suatu saat saya harus datamg lagi untuk mengunjungi teman" di Lombok Utara.


With Mbak Siti

Ki-ka : Mermaid, Bang Rommy, Bang Wira

Dengan Pengurus Posko dan Warga Setempat


Dalam perjalanan kembali ke Mataram, kami sempatkan mampir di Pantai Senggigi menikmati sore terakhir di Lombok :( Malam ini aku menginap di rumah teman di daerah Rembiga, dekat sekali dengan kedai Sate Rembiga, sate daging sapi dengan bumbu pedas manis, rasanya agak mirip dendeng. Di Surabaya aku suka sekali makan sate Rembiga, so pas banget ini, harus banget ngerasain cita rasa aslinya seperti apa :D


Penyebrangan ke Tiga Gili, Senggigi Beach


Hari kedelapan, Sabtu 18 Aug 18

Hari terakhir di Lombok :(

Sebelum saya kembali ke Surabaya, kami sempatkan untuk jalan ke Lombok Tengah, pantai Kuta menjadi tujuan kami hari ini. Perjalanan dari Mataram ke Pantai Kuta kami tempuh selama kurang lebih 1 jam. Pantai Kuta terletak di daerah perbukitan. Jalan yang kami lalui berliku dan menanjak indah sepanjang jalan.

Memasuki wilayah pantai Kuta, banyak sekali bar" di sepanjang jalan seperti di Legian. Di Malam hari pasti suasananya seperti di Legian. Memasuki kawasan pantai, ada beberapa surfing course dan dive centre. Ahhh.. jadi ingin menyelam rasanya, tetapi tidak mungkin karena sore harinya aku harus terbang kembali ke Surabaya, sedih :( Lagipula sepertinya aktifitas di dive centre belum kembali normal.

Banyak spot foto yang keren di Kuta. Pantai berpasir putih dengan air yang hijau jernih. Di bagian lain pantai Kuta, terdapat bebatuan yang sangat fotogenik. Karena tidak bisa main air, ya sudahlah ya, kita santai saja di tepi pantai, foto", next trip harus coba dive di sini :) It's like a magical pandora box, waiting to be opened and explored.


Pantai Kuta, Lombok








Saat ini tentunya kondisi di Lombok sudah jauh lebih baik, recovery sudah mulai dilakukan, sekolah" darurat mulai didirikan dan difungsukan, berangsur" kehidupan di Lombok sudah kembali normal. Akan tetapi, saat ini mereka masih membutuhkan bantuan kita. Bisnis mereka hancur, sebagian bahkan belum mulai bekerja kembali. Sedangkan di sana masih banyak kebutuhan untuk proses recovery dan tentunya kebutuhan pokok sehari" seperti beras, air bersih, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Oleh karena itu, aku berinisiatif untuk menggalang donasi lagi untuk membantu teman" di Lombok. Namun, ada satu hal yang mengusik pikiranku. Entah kenapa ketika berhubungan dengan donasi mind set kebanyakan orang adalah sebagai ajang untuk buang sampah. Jadi begini, ketika saya share ke beberapa group kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di Lombok, sebagian besar dari mereka kompak mengumpulkan baju bekas untuk di donasikan. Baju bekas bahkan sudah tidak dibutuhkan lagi di sana karena sudah terlalu banyak orang mengirim baju bekas. I mean, untuk apa sih kita mengirim sesuatu yang tidak lagi diperlukan di sana? Selain baju, ada banyak kebutuhan lain yang lebih bermanfaat. Di beberapa lokasi memang baju masih dibutuhkan. Ketika saya menanyakan daftar kebutuhan ke teman" di Lombok, teman dari EF menyebutkan bahwa mereka masih membutuhkan baju. Tapi ngga sebanyak itu juga, seperlunya saja. Sedangkan baju yang kami terima berkarung-karung -_- Kami terpaksa harus sortir lagi baju yang kami terima karena tidak mungkin kami kirim semua. Sebagian tetap kami kirim. Sebagian lagi yang masih bagus akan kami jual di CFD, lumayam kan kalau sudah jadi uang bisa dibelikan kebutuhan lain yang lebih bermanfaat, dibelikan beras misalnya.

Nah, separuh lebih dari baju yang kami terima kondisinya sudah tidak layak pakai, kucel, robek, dan bahkan resletingnya rusak. Lalu untuk apa baju" tersebut didonasikan? Kami tidak mungkin mengirim baju" tersebut, dijual di CFD juga tidak akan laku. Fenomena ini loh yang bikin sedih dan kecewa terhadap pemikiran sebagian besar masyarakat Indonesia. Yang akan kita bantu ini bukan pengemis loh. Bahkan memberikan sesuatu ke pengemispun bukankah seharusnya dipilah" juga, barang yang sudah jelek dan rusak bukankah sebaiknya dibuang saja? Tidak ada paksaan untuk berdonasi, jika tidak ingin memberikan donasi juga tidak apa" karena donasi sifatnya sukarela, tidak mengikat. Jika memang tidak ingin memberikan donasi kenapa harus memberikan barang" yang tidak bermanfaat?

Opiniku jangan dibaca dengan nyinyir ya. Aku hanya ingin berbagi pengalaman saja, sekaligus meluapkan kekecewaan dan kekesalah sih :D We have to think and work smart. Kita kan udah pada gede ya, pasti tahulah mana yang baik. Jika ingin melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu, pastikan hal tersebut dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Jika tidak ingin ya diam saja, jangan malah melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Seharusnya kita sama" maju ke depan bukannya melakukan sesuatu yang malah akan menghambat langkah kita ke depan. Ayo kita sama" #2019revolusimental dimulai dari diri kita masing", fighting :)