The Wanderer

Dec 29, 2019

B 29, Negri Di Atas Awan, Negrinya Para Dewa

Akhirnyaaa.. kesampaian juga trip ke B29 setelah sekian lama hanya direncanakan :D



Sebenernya sih deket aja dari Surabaya, bahkan bisa day trip, tapi kurang seru kan kalo solo travel, kebetulan temen" trip aku udah pada duluan ke B29 pas akunya lagi ngga bisa, hiks sedih.. ketinggalan deh. Nah, jadinya happy banget kan pas dapet kesempatan ke B29. 

Puncak B 29 merupakan destinasi wisata yang sedang populer di kota Lumajang. Sebenarnya letak B 29 tepat berada di perbatasan antara kota Lumajang dan Probolinggo, sehingga B 29 dapat diakses baik melalui Lumajang maupun Probolinggo. Kalau aku kemarin diarahkan lewat Proboliggo sama map. Lumayan cepat sih karena jarak kota yang lebih dekat ditambah akses tol Surabaya - Probolinggo yang sangat mempersingkat  waktu perjalanan. Surabaya - Probolinggo sih sekarang bisa ditempuh hanya dengan 1 jam 30 menit saja. Tapi ternyata jarak menuju ke puncaknya lebih jauh kalau lewat Probolinggo, ini kata local guide nya loh ya karena aku ngga tahu kondisi jalan kalau lewat Lumajang seperti apa. Tapi kata teman" yang pernah ke B 29 lewat Lumajang sih jauh, jalannya juga terjal banget. Kalau lewat Probolinggo tanjakannya ngga terlalu sadis sih. Tapiii.. di beberapa km terakhir jalannya rusak parah, berbatu,  plus nanjak, jadi jalannya kudu pelan" banget. 

Kami berangkat malam hari, tiba di Probolinggo menjelang subuh. Karena mobil tidak bisa naik sampai ke puncak, kamipun berhenti di posko. Untuk melanjutkan perjalanan menuju ke puncak, ada 2 opsi, bisa dengan mendaki atau naik ojek. Jika memilih untuk mendaki, lama perjalanan dari posko sampai ke puncak kurang lebih sekitar 2 jam. Tentunya kalau naik ojek bisa jauh lebih singkat ya :D Di jalur pendakian, terdapat beberapa tanjakan terjal dengan jalan setapak yang sempit dan rusak, lengkap dengan jurang di salah satu sisinya. kalau bukan orang asli sana pasti akan kesusahan deh untuk mengendarai sepeda motor di medan seperti itu, apalagi di malam atau dini hari di mana tidak ada penerangan selain dari lampu kendaraan. Asli deh para pemandu di B 29 jago" banget bawa motornya. Tarif ojek menuju ke B 29 kurang lebih sekitar 50 - 100 ribuan. Itu hanya sampai ke B 29 saja. Kalau mau sekalian ke B 30, kemarin sih kami ditawarin tarif 150 ribu. Padahal jarak dari B 29 ke B 30 deket aja, :D cuma tanjakannya tinggi banget memang. Ah, tapi ngga setinggi tanjakan di Bukit Rhema kok, masih manusiawi ini tanjakannya :D

So, kami naik ojek menuju ke lokasi B 29. Kalau mau naik ojek sih disarankan pakai ojek resmi, ada pangkalannya kok, selain lebih safety, kalau pakai ojek yang ngga resmi biaya nya juga lebih mahal. Biasanya sih ojek" yang ngga resmi suka nyegatin tamu di jalan sebelum pangkalan ojek resmi :D  Kami naik motor boncengan bertiga, 1 motor bawa 2 penumpang, agak ngeri" gimana gitu, tapi abang ojeknya santai aja :D

Akhirnya sampai juga di B 29, pas banget sebelum sunrise nyampenya, masih gelap" gitu. Kamipun bergegas mendaki ke B30 untuk mendapatkan view yang sempurna :) Berada di ketinggian 3.000 mdpl, view awan dan pegunungan di B 30 terlihat jelas karena terletak di puncak dan lokasinya pun lapang. Berdiri di puncak B 30 rasanya seperti berdiri di atas awan. Gumpalan awan seputih kapas terlihat jelas di lereng bukit. Anyway, kok jadi ngebayangin cotton candy ya, lol :D Di sisi sebelah kiri kita bisa menikmati view gunung Bromo yang dikelilingi oleh awan putih. sedangkan di sisi sebelah kanan terdapat hamparan ilalang yang instagramable, bagus untuk foto.

Sunrise di B 30









Wisatawan biasanya menghabiskan waktu sampai maksimal pukul 10 di B 30, kemudian turun kembali ke posko. Tapi kata abang ojek yang handle kami waktu itu, kadang ada juga tamu yang datang sore untuk menikmati sunset bahkan ada juga yang bermalam/camping di situ. Dalam perjalanan kembali ke posko, sempetin deh berhenti di salah satu spot di mana gunung Semeru terlihat dengan jelas, di sini kita bisa bikin foto perspektif yang keren.



Karena tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Tumpak Sewu, kamipun langsung kembali ke Surabaya dengan membawa pr, next harus di arrange lagi trip ke Tumpak Sewu :)

Baling-Baling Bambu Goes to B 29



Sep 16, 2019

Bagan Siapi-Api, Kota Seribu Kubah

Aku pertama kali mengunjungi kota Bagan Siapi-api di tahun 2014 ketika sedang bertugas di Kota Dumai, Provinsi Riau. Saat itu aku masih bekerja di sebuah perusahaan penerbangan domestic yang melayani rute-rute perintis. Kebetulan, perusahaan tempatku bekerja waktu itu membuka rute baru Jakarta - Dumai, maka datanglah aku ke Dumai untuk set up office & market.

Untuk memperkenalkan rute penerbangan baru kami, aku mengunjungi beberapa kota di sekitar Dumai seperti Duri, Bengkalis,  Ujungtanjung, dan Bagan Siapi-api. Diantara beberapa kota yang aku kunjuni, kota Baganlah yang meninggalkan kesan mendalam dan aku selalu inginnn kembali ke sana. Bahkan sampai saat ini... kadang aku masih suka berkhayal kembali ke kota Bagan :) Apa sih istimewanya kota Bagan?

Menurut cerita dari penduduk setempat, Bagan Siapi-api dulunya adalah sebuah kota yang terisolir. Jika dilihat dari lokasinya, memang iya sih, letaknya jauh dari jalan utama lintas Sumatra Jawa. Terletak di ujung pesisir Selat Malaka, dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam menembus perkebunan sawit untuk tiba di Bagan Siapi-api. Jika tidak memiliki kepetingan, orang tidak mungkin akan memasuki wilayah kota Bagan. Kota Bagan mulai terhubung dengan kota sekitar dan berkembang sejak dibangunnya insfrastruktur jalan. Dulunya kota Bagan hanya bisa diakses melalui jalur laut dari pelabuhan Dumai dan Medan.

Walaupun akses kota Bagan mulai terbuka, akan tetapi kota Bagan tetap menjaga keasliannya sebagai kota klasik yang kaya akan budaya dan sangat menarik untuk dikunjungi. Tapi bukan berarti kota Bagan adalah kota yang terbelakang loh, justru malah sebaliknya. Kota Bagan pernah menjadi daerah penghasil ikan terbesar kedua setelah kota Bergen di Norwegia pada tahun 1920an. Industri perikanan telah membuat kota Bagan menjadi sebuah kota modern dengan fasilitas yang lengkap jika dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Kota Bagan juga pernah memiliki galangan kapal tradisional terbesar di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan. Sayangnya, saat ini kota Bagan bukan lagi merupakan kota nelayan terbesar. Endapan lumpur yang dibawa oleh sunagi Rokan telah menyebabkan pendangkalan di daerah pesisir pantai Bagan. Galangan kapal tradisonal yang dimiliki kota Bagan juga telah mati suri karena keterbatasan bahan baku. Namun, kota bagan tetaplah menarik walaupun sudah tidak seramai dulu.

The most interesting part of Bagan Siapi-api is its classic ambiance. Feel nya beda ketika kita memasuki kota Bagan, sama seperti ketika kita baru tiba di Pulau Bali atau Jogjakarta. Kalian ngerasain juga ngga sih ketika menginjakkan kaki memasuki Pulau Bali atau Jogja, kita akan merasakan suasana dan mood yang berbeda, apalagi ketika baru memasuki arrival hall di airport dan disambut oleh alunan musik tradisional. Kalo saya sih biasanya gitu, walaupun udah sering ke Bali ataupun Jogja, tetap saja merasakan suasana yang berbeda ketika baru tiba. Alright, back to Bagan Siapi-api. Seperti apa sih klasiknya kota Bagan? Kotata Bagan kental dengan nuansa Melayu Tionghoa. Kota Bagan memang memiliki banyak komunitas Tionghoa, bahkan terdapat beberapa komunitas berdasarkan marga di kota Bagan masing-masing memiliki klenteng tersendiri. Melalui komunitas-komunitas inilah budaya Tionghoa tetap terpelihara di kota Bagan. Asal usul leluhur kota Bagan memang berasal dari daratan Tiongkok. Berawal dari beberapa keluarga Tionghoa yang berlayar mencari kehidupan yang baru di tempat yang baru hingga sampailah mereka di kota Bagan. Kata Bagan memiliki arti tempat penampungan ikan, sedangkan Siapi-api memiliki makna cahaya. Para imigran dari Tiongkok tersebut melihat cahaya dari kejauhan dan berlayar menuju ke cahaya tersebut yang ternyata adalah sekumpulan kunang-kunang. Begitulah mereka tiba di Bagan Siapi-api dan seketika itu pula mereka memutuskan untuk menetap karena Bagan Siapi-api adalah tempat yang nyaman untuk mereka tinggali dan memiliki kekayaan hasil laut yang melimpah. Ketika telah memutuskan untuk tinggal di kota Bagan, mpara imigran membakar kapal mereka sebagai ritual dan simbol bahwa mereka tidak akan kembali lagi dan akan menetap di tempat baru tersebut. Dari sinilah asal mula ritual tahunan bakar tongkang tercipta.

Rumah penduduk di kota Bagan kental sekali nuansa Melayu Tionghoa nya. Di sebuah ruas jalan di tengah kota Bagan, berjejer rapi rumah-rumah kayu dengan halaman yang luas dan atribut khas melayu Tionghoa. Halaman rumah rata-rata digunakan sebagai kedai-kedai tradisional yang selalu ramai baik di siang maupun malam hari, terlebih di malam hari, warga berkumpul untuk saling bercerita sambil menikmati secangkir kopi Bagan. Rumah-rumah kayu tersebut tidak memiliki ruang tamu karena bagian terdepan di dalam rumah biasanya digunakan sebagai tempat ibadah. Mereka menerima tamu di halaman rumah. Di Kota Bagan banyak sekali bisa kita temui keda-kedai tradisional, terutama kedai kopi tradisional. Kopi Bagan memiliki citarasa khas kopi Sumatra pada umumnya, pekat dan nikmat :D

Rumah Penduduk Bagan Siapi-api

Bagian Depan Rumah Berfungsi Sebagai Kedai Tradisional

Suasana  malam di kota Bagan cukup ramai juga untuk ukuran kota kecil. Kedai-kedai tradisional di sepanjang jalan ramai oleh pengunjung. Kamipun memutuskan untuk menikmati suasana malam kota Bagan. Kami berjalan menuju ke kedai kopi tradisional untuk menikmati secangkir kopi Bagan. Beruntunglah kami menginap di hotel tengah kota sehingga mau kemana-mana bisa ditempuh dengan jalan kaki. Kalau mau naik kendaraan umum sih yang tersedia hanya bentor saja (becak motor). Tetapi itupun jumlahnya tidak banyak. Setelah menikmati kopi, kami melanjutkan perjalanan ke pusat kota Bagan. Kami mengunjungi sebuah klenteng di pusat kota dan alun-alun kota Bagan.


Klenteng Ing Hok Kiong

Klenteng Ing Hok Kiong dibangun pada tahun 1875. Pada awalnya, klenteng tersebut dibangun sebagai tempat sembahyang kepada Dewa Kie Ong Ya. Dewa Kie Ong Ya sangat penting dalam sejarah berdirinya kota Bagan. Dewa Kie Ong Ya dipercaya telah menuntun para imigran dari Fujian menemukan daratan kota Bagan ketika mereka sedang bimbang & kehilangan arah di tengah lautan.

Saat ini klenteng Ing Hok Kiong digunakan untuk aktifitas keagamaan seperti Cap Go Meh dan upacara kematian, dan juga sebagai titik awal pergerakan replika tongkang dalam festival bakar tongkang.

Klenteng Ing Hiok Kiong

Keesokan harinya, kami mulai mengunjungi bank dan kantor-kantor dinas kota Bagan untuk memperkenalkan rute baru kami. Kompleks dinas Bagan Siapi-api memiliki atmosfer yang berbeda dari atmosfer di kawasan pemkiman penduduk. Pamukiman penduduk kental dengan nuansa Melayu Tionghoa, sedangkan komples dinas Bagan Siapi-api bernuansa Islami karena setiap banguan kantor dinas wajib memiliki kubah di atasnya. Oleh sebab itulah kota bagan terkenal dengan julukan kota seribu kubah.

Bagan Siapi-api, Kota Seribu Kubah

Kantor DPRD Bagan Siapi-api

Ada yang menarik di dalam kompleks dinas Bagan Siapi-api, yait sebuah bangunan menyerupai gedung putih dengan tambahan kubah di atasnya. Sekilas tampak seperti White House ya :) Bangunan tersebut merupakan gedung bru DPRD kota Bagan Siapi-api. Cantik & classy. Gedung tersebut mulai ditempati tahun 2017/2018. Setelah menempati kantor baru, gedung lama rencananya  akan dijadikan mess Pemda.

Gedung DPRD Kota Bagan


Pagoda Vihara Buddha Kirti

Vihara Buddha Kirti memiliki 2 pagoda yang terletak di sisi sebelah kiri dan kanan. Di dalam Vihara jkota Bagan khususnya pada perayaan" seperti Cap Go Meh dan Festival Bakar Tongkang. Jumlah tamu yang datang ke Bagan Siapi-api ketika Festival Bakar Tongkang berlangsung bisa mencapai puluhan ribu pengunjung. Tidak jarang tamu" tersebut tidak mendapat tempat tinggal karena keterbatasan penginapan di Bagan Siapi-api. Dengan adanya asrama di Vihara tentunya akan cukup membantu untuk mengakomodasi para tamu yang datang ke kota Bagan.

Vihara Buddha Kirti

Pagoda Vihara Buddha Kirti

Atraksi yang terkenal di kota Bagan adalah ritual bakar tongkang yang diselenggalarakan setiap tanggal 16 bulan ke - 5 penanggalan lunar. Setiap tahunnya, ritual bakar tongkang mampu menyedot wisatawan dari Malaysia, Singapura, Thailand, taiwan, hingga Tiongkok daratan.

I definitely fall in love at the first sight with Bagan Siapi-api & would love to return especially to attend the barge burn festival. Take me back please :))

Apr 23, 2019

Penanaman 1.000 Mangrove di Muara Gunung Anyar Surabaya oleh A2DC (Arek-Arek Diving Club) Sebagai Penyangga Kehidupan

Penanaman Mangrove di Muara Gunung Anyar Surabaya merupakan project perdana A2DC (Arek-Arek Diving Club) di tahun 2019 dari pengurus yang baru. Anyway, A2DC adalah salah satu diving club tertua di Surabaya :D Usianya sudah hampir 1 dekade loh :) Kegiatan penanaman bibit Mangrove pertama kali tercetus dari ketua A2DC periode 2018 - 2019, Cak Gundul. Diharapkan dengan dilakukannya kegiatan penanaman bibit Mangrove, kami dapat memberikan sedikit kontribusi bagi kelestarian lingkungan.

Muara Gunung Anyar terletak di sebelah timur UPN. Tidak susah untuk menemukan lokasinya, tetapi memang belum banyak orang yang tahu karena kebanyakan orang tahunya ya Ekowisata Mangrove yang di Wonorejo. Pagi itu kami berkumpul pukul 07:00 pagi di dermaga dengan semangat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi alam 1.000 bibit Mangrove sudah disediakan. Ini pertama kalinya aku melihat bibit Mangrove betulan :D Sebelumnya aku sudah pernah sih mengikuti kegiatan penanaman Mangrove di Putri Menjangan, Bali bersama dengan Surabaya Diving (cerita selengkapnya baca di sini ya: https://wulan-kertodihardjo.blogspot.com/2018/06/coral-transplantation-fun-dive-with.html  ), tetapi kami tidak ikut menanam Mangrove tersebut, melainkan hanya penanam secara simbolis saja di tepi pantai, tancap, foto, selesai. Nah, kali ini kami akan ikut menanam bibit Mangrove tersebut. Belum kebayang sih bakal kayak gimana penanamannya. Seharusnya kami diberi briefing dulu ya, apalagi banyak dari kami yang belum memiliki pengalaman menanam bibt Mangrove. Walaupun terkesan mudah, tetapi jika tidak dilakukan secara benar, maka hasilnyapun tidak akan maksimal.

Pasukan Berani Kotor

Ciwi" A2DC

Ranger Merah Lagi Nungguin Panggilan Tugas :D 


Ternyata cara menanam bibit Mangrove bukan ditancapkan satu persatu, melainkan 5 batang bibit Mangrove diikat menjadi satu dan ditanam secara bersamaan. Tidak semua bibit Mangrove bisa bertahan dan tumbuh. Dengan mengikat beberapa batang bibit menjadi 1 diharapkan jika 1 batang bibit mati, maka kita masih memiliki harapan dari 4 batang bibit lainnya. Daun dari bibit yang kita tanampun tidak boleh terkena lumpur karena jika terkena lumpur, maka bibit akan mati. Jadi kami harus sangat berhati" ketika melakukan penanaman.

Bibit Mangrove yang Akan Kami Tanam di Muara


Bibit Mangrove yang akan kami tanam lebih tinggi dari bibit Mangrove yang pernah saya tanam secara simbolis di Putri Menjangan. Tingginya hampir setinggi badan aku :D satu persatu kami pindahkan bibit dari dermaga ke atas perahu untuk kami bawa ke lokasi penanaman di muara. Let's go sailing capt!!

Tiba di muara, kami langsung turun ke lokasi penanaman. Etapi apa inii?? Baru turun ke air kok langsung disambut lumpur setengah badan -_- Susah bangettt untuk bergerak, jangankan untuk berjalan, mengangkat kaki saja susah -_- Kami yang belum punya pengalaman main di muara kaget donk :D Jadi ternyata, kawasan muara itu terdiri dari air dan lumpur, airnya sedikit, lumpurnya banyakkk :D :D Banyakkk banget sampai badan terhisap dan susah bergerak -_- Well, lessons to be learned today are:

  • Tenang dan jangan panik karena semakin kita panik semakin lumpur menghisap badan kita dan akan semakin susah juga untuk kita bergerak.
  • Berjalan dengan merangkak lebih mudah dilakukan daripada berjalan normal dengan 2 kaki. Jangankan berjalan, mengangkat kaki saja susah -_-
  • Sarapan sehat sebelum bermain di kubangan lumpur karena untuk menggerakkan badan di tengah lumpur diperlukan tekad yang kuat dan usaha yang luar biasa :D :D

Setelah berhasil menyesuaikan diri dengan lumpur, kami mulai menanam. 1.000 bibit Mangrove  dengan sepenuh hati dan harapan agar bibit" yang kami tanam bisa tumbuh dengan baik dan bermanfaat bagi lingkungan.

Aktifitas Penanaman Bibit Mangrove









Selang beberapa bulan setelah acara penanaman, kami mendapat kabar bahwa bibit Mangrove yang kami tanam hampir 100% tumbuh dengan baik. Senang rasanya mendengar berita tersebut, our babies have grown up. Tidak sia" jerih payah teman" bergelut dengan lumpur. Ayoo kita tanam lebih banyak Mangrove lagi :)


Hampir 100% dari Bibit Mangrove yang Kami Tanam Tumbuh Dengan Baik

Untuk kamu yang pengen kepoin profil dan kegiatan A2DC, silakan follow IG nya: @a2dc.sby Selain agenda penanaman Mangrove, A2DC juga memiliki agenda rutin penenggelaman forklift  di Pasir Putih sebagai media tumbuhnya terumbu karang, kerennn kannn. Nah, tahun ini A2DC juga akan mengadakan kegiatan penenggelaman forklift di bulan Oktober nanti. Tungguin yaa cerita lengkapnya nanti :)







Feb 24, 2019

New Year Trip to Gili Ketapang Island

How do you celebrate new year eve? Do you celebrate it with family & friends? Having a fancy new year eve dinner? Or having a short trip to your favorite destination? If you ask me, I would love to choose the third option :) So, I went to Gili Ketapang Island for 2019 new year celebration.

Kami berangkat dari Surabaya sekitar pukul 22:00. Perjalanan dari Surabaya ke Probolinggo biasanya ditempuh selama +/- 4 jam perjalanan, maka diperkirakan kami akan tiba di dermaga penyebrangan pada dini hari. Perhitungan waktunya sudah pas. Jadi.. setibanya di dermaga, kita akan memiliki waktu untuk bersiap" dan kemudian menyebrang ke Pulau Gili Ketapang. Tapiii, sekarang kan sudah ada tol baru. Perjalanan ke Probolinggo jadi lebih singkat. Jika biasanya kita akan memerlukan waktu +/- 4 jam untuk menuju ke Probolinggo, sekarang kita hanya butuh waktu 1 jam 30 menit saja :D Save time banget kan yah. So, kami tiba di Probolinggo pukul 23:30, jauh lebih cepat dari perkiraan :D.

Setelah bertemu dengan tour organizer kami, kamipun bergegas ke alun-alun kota Probolinggo untuk menyaksikan pesta kembang api. Pas banget kan kami tiba di Probolinggo midnight jadi kami masih bisa menikmati pesta kembang api di moment pergantian tahun. Kebetulan dermaga penyebrangan ke Pulau Gili Ketapang letaknya tidak jauh dari pusat kota/alun-alun kota Probolinggo. Pesta kembang api berlangsung selama +/- 30 menit. Setelah itu, alun-alun mulai sepi. Tidak seperti perayaan tahun baru di kota besar ya, ramainya sampai pagi :D Kami sempat mencari penginapan untuk beristirahat karena masih punya waktu sekitar 4 jam sebelum menyebrang ke pulau Gili Ketapang. Di tengah kota/sekitar dermaga terdapat beberapa penginapan/guest house dengan tarif yang sangat terjangkau +/- IDR 100.000an/room/night. Tapiii, malam itu penginapan full semua, mungkin karena efek malam tahun baru juga ya sehingga banyak wisatawan berdatangan ke Probolinggo. ya sudah, begadanglah kami sampai pagi di warkop tepi dermaga :D

Kami menyebrang dari dermaga Tanjung Tembaga pada pukul 06:00. Perahu yang kami naiki berbeda dari kebanyakan perahu yang pernah saya naiki. Jika biasanya kita naik di bagian dalam perahu, maka kali ini kami menaiki bagian atas perahu, sedangkan bagian dalam perahu dikosongkan. Cukup berasa juga sih ketika ombak sedang kencang, berasa kayak mau" jatuh, apalagi ngga ada pegangannya :D :D Tapiii.. beruntung sekali kami, dalam perjalanan ke pulau Gili Ketapang bisa menjumpai big cutie "Whale Shark". Rumornya memang di sini banyak dijumpai Whale Shark. Well, tahun baru diawali dengan keberuntungan, semoga akan selalu menyertai sepanjang tahun :)


Perjalanan ke Pulau Gili Ketapang



Tiba di Pulau Gili Ketapang, kami diarahkan oleh tour organizer kami menuju ke rest area sambil menunggu giliran untuk snorkeling. Kami kebagian jadwal snorkeling pukul 11:00. So, kami punya banyak waktu untuk beristirahat dan bermain" di pantai. Kawasan rest area terdiri dari kumpulan gazebo untuk para tamu beristirahat. Di dalam rest area juga ada warung makan. Fasilitas cukup memadai dan bersih. Masing" tour organizer memiliki kompleks rest area nya masing".

Pulau Gili Ketapang

Rest Area

Pantai Pulau Gili Ketapang merupakan pantai berpasir putih dengan air laut yang jernih. Kondisi pantai juga bersih dari sampah" yang berserakan. Sepertinya penghuni pulau Gili Ketapang sangat peduli terhadap kebersihan pantai dan melakukan aktivitias pembersihan pantai secara berkala. Di bagian belakang pulau terdapat beberapa bak sampah besar  yang terbuat dari besi.

Pantai Pulau Gili Ketapang





Akhirnya.. tiba waktunya untuk kami berangkat snorkeling. Kami akan dibawa menuju ke 2 spot snorkeling. Spot yang pertama adalah spot Nemo. Sebenarnya spot ini adalah spot buatan. Hanya ada 1 rumah Nemo di bawah yang kemungkinan memang sengaja diletakkan di situ untuk dijadikan sebagai object wisata. Lalu yang kedua adalah spot plakat "Pulau Gili Ketapang". Agenda snorkeling dari tour organizer adalah foto di kedua spot tersebut. Satu-persatu kami mengantri untuk foto. Untuk yang tidak bisa berenang atau freedive, tenang saja,  kalian akan didorong supaya bisa turun ke bawah. Di bawahpun ada pipa yang bisa kita jadikan pegangan sehingga badan kita tidak mengapung lagi ke atas. Dan, tidak usah takut tenggelam, spot nya ngga terlalu dalam kok, mungkin hanya sekitar 3-5 m saja, dan kita akan dikelilingi oleh banyak crew yang akan memastikan keselamatan kita. So, foto underwater yang keren sudah pasti bisa kita dapatkan. Beruntung sekali saya ketika sesi foto di spot Nemo, ikan Nemonya sedang bermain" keluar. Padahal ketika teman" yang lain foto, Nemonya sembunyi ngga mau keluar :D I was so blessed.







Tapiii, aku kurang puas loh snorkelingnya :D :D :D Karena ngga ada agenda fun dive. Jadi agenda snorkeling dari tour organizer ya hanya pengambilan foto di kedua spot itu aja sih. Kita hanya punya waktu untuk fun dive ketika menunggu giliran foto atau setelah selesai foto sambil menunggu tamu yang lain foto. Selesai foto, kami langsung dipanggil untuk kembali ke perahu dan pindah ke spot berikutnya. Ahhh... singkat sekali snorkeling time nya. I want moreee. Walaupun spot di Gili Ketapang adalah spot" buatan, tapi tetep aja happy kena air laut, namanya juga Mermaid :D :D

Kembali ke pulau, hidangan ikan bakar yang lezat sudah tersedia di rest area, untuk menu tambahan ada juga cumi hitam, sosis, dan tempura. Sambal dari ikan bakarnya istimewa sekali lezatnya. Setelah makan dan membersihkan diri, kamipun kembali ke Probolinggo, ombaknya kencang sekali di sore hari. Tiba di Probolinggo, kami langsung melanjutkan perjalanan kembali ke Surabaya. Thanks to the new highway, perjalanan jadi semakin singkat. Jadi kami tiba di Surabaya lebih awal dan punya banyak waktu untuk beristirahat sebelum kembali beraktifitas keesokan harinya. Can't wait for another escape :)